Mar 18, 2013

Pemanasan Global, Salah Siapa?

            Selama ini kita sibuk menghakimi produktivitas manusia sebagai satu-satunya penyebab meningkatnya suhu di Bumi. Namun kita mengabaikan fakta bahwa sebenarnya, seluruh umat manusia sudah merasakan hasil dari produktivitasnya tersebut. Nyatanya ada hal menarik – semoga saja ini bukan hanya suatu pembelaan atau pembenaran – bahwa sesungguhnya, aktivitas Matahari juga turut ambil andil atas meningkatnya suhu di Bumi.
            Sebuah film dokumenter di Inggris juga menentang pemahaman yang berlaku bahwa pemanasan global disebabkan oleh aktivitas buatan manusia. Film ini berpendapat bahwa sebenarnya matahari yang bertanggung-jawab atas perubahan suhu di Bumi. Ada juga beberapa penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari telah diabaikan dalam pemanasan global. Memang, dibutuhkan suatu alasan yang fundamental untuk membuktikan pernyataan tersebut.
            Para ahli ternyata telah menjawab teka-teki tersebut. Sebagian besar klimatologis mengatakan bahwa Bumi bukan merupakan satu-satunya planet yang mengalami kenaikan suhu. Seperti yang dikutip dari Associated Press bahwa satelit yang mengukur suhu matahari telah merekam peningkatan suhu Matahari. Juga London Telegraph yang memaparkan bahwa, pada tahun 2004 suhu Matahari adalah yang tertinggi dalam 100 tahun terakhir.
            Lalu, apa buktinya bahwa Bumi bukanlah satu-satunya suhu yang mengalami peningkatan suhu? Kita bisa ambil contoh Neptunus. Neptunus memiliki permukaan yang terdiri dari nitrogen beku dan sekarang berubah menjadi gas. Fakta ini membuat pernyataan tadi (bahwa manusia bukan satu-satunya penyebab) menjadi semakin tak terbantahkan.
            Fakta-fakta di atas diperkuat lagi dengan pernyataan dari Mulyono Prabowo sebagai Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika bahwa: “Peningkatan aktivitas Matahari memang bisa mengakibatkan meningkatnya energi yang diterima Bumi dan memengaruhi suhu di Bumi. Namun hal tersebut tidak terjadi satu-dua hari dan tiba-tiba, tidak hanya di ruang terbatas. Peningkatan panas akan terjadi secara gradual, bertahan dalam waktu lama, dan menurunnya juga gradual.”
            “Matahari diduga telah berkontribusi terhadap 45%-50% peningkatan temperature rata-rata global selama periode 1900-2000 dan sekitar 23%-35% antara tahun 1980 dan 2000.” Tambah dua ilmuwan dari Duke University.
            Namun sekali lagi. Fakta-fakta di atas tidak berarti manusia sama sekali tidak turut menyumbang peningkatan suhu di Bumi. Produktivitas manusia juga memiliki andil besar dalam hal ini. Hanya saja, produktivitas manusia turut dibantu oleh aktivitas matahari.
            Yang menjadi pertanyaan berikutnya, apa yang telah manusia sumbang untuk peningkatan suhu di Bumi selama ini? Luar biasa banyak. Mari kita ambil beberapa contoh yang paling menonjol.
1.     Polusi karbon dioksida yang berasal dari bahan bakar kayu, minyak bumi, gas alam dan batubara.
2.    Gas metana yang berada di peternakan dan pertanian. Dari mana asal gas metana? Gas metana berasal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen. Gas metana juga berasal dari TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah)
3.    Aktivitas penebangan pohon yang semakin hari semakin menjadi-jadi.
4.    Penggunaan pupuk kimia. Berdasarkan penelitian, pada abad ke-20, penggunaan pupuk kimia untuk pertanian meningkat pesat. Lalu mengapa pupuk kimia turut menyebabkan peningkatan suhu Bumi? Perlu kita ketahui bahwa pupuk kimia kebanyakan berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbon dioksida sebagai perangkap panas.

Dan masih banyak lagi yang telah disumbang manusia untuk peningkatan suhu Bumi.

Dari fakta-fakta barusan, dapat dibuktikan bahwa manusia juga tidak sepenuhnya “bersih” dari hal-hal yang selama ini dituduhkan. Memang, pemanasan global tidak dapat dihentikan tapi masih banyak hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir pemanasan global.

Khususnya bagi kita yang tinggal di Indonesia, negara kita jelas sudah tertinggal jauh dari negara-negara Eropa yang berbasis teknologi sekelas Perancis, Jerman, Belanda, Swedia, dan Inggris. Negara-negara tersebut sudah memiliki teknologi untuk mengurai sampah (baik kimia maupun non-kimia) secara generik. Juga, kesadaran masyarakatnya akan dampak pemanasan global dinilai sudah cukup tinggi. Berbeda dengan kita yang masih acuh tak acuh.

Bisa jadi, kita bukannya acuh tak acuh melainkan belum mengetahui betapa mengerikannya dampak pemanasan global. Seperti yang dicatat IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) bahwa: akhir-akhir ini pola migrasi binatang berubah drastis, terumbu karang laut makin banyak yang mati karena air laut makin panas, kekeringan sudah menjadi hal biasa – terutama di beberapa wilayah Asia-Afrika –, daratan es kutub juga mulai mencair.

Ditambah hasil penelitian di Nature yang mengatakan: pada tahun 2005 mendatang, peningkatan suhu dapat menyebabkan terjadinya jutaan spesies. Diperkuat lagi dengan hasil penelitian pusat riset iklim di Frankfurt, Jerman yang mengemukakan: jika pemanasan global tetap dibiarkan berlangsung, sebanyak sepertiga varietas tanaman dan hewan dunia akan musnah pada tahun 2080.

Kesimpulannya, memang bukan hanya produktivitas manusia yang menyebabkan pemanasan global belakangan ini, aktivitas Matahari juga ambil bagian. Tapi, bukan berarti kita bisa “cuci tangan” dari semuanya. Pepatah mengatakan: “Sedia payung sebelum hujan.” Lakukan perubahan, sebelum kepunahan yang sesungguhnya terjadi.

by: Gabriella Franceliana

No comments:

Post a Comment